Kamis, 30 Juli 2015

monggo monggo Mengungkap Sisi Gelap Kembar Lima Dionne -lamasekaliperginya -lamasekaliperginya


Berita mengenai bayi tabung pada saat sekarang tentu bukan lagi sebuah hal yang aneh, tapi di tahun 1930-an hal itu tentu merupakan sesuatu yang berbeda. Memiliki bayi kembar dua saja sudah dianggap sesuatu hal yang ajaib, terutama jika keduanya berhasil selamat. Demikian juga yang terjadi saat bayi kembar lima dilahirkan oleh seorang wanita di Ontario, Canada, dunia seolah tercengang saat mendapat kabar tersebut.

Bayi-bayi perempuan yang memiliki berat rata-rata sekitar 1,2 kilogram ini lahir dua bulan lebih awal. Bersyukur mereka bisa melewati rintangan yang ada dengan bantuan donor ASI dan para perawat dari Palang Merah Kanada hingga kabar ini menjadi sebuah sensasi baru bagi dunia. Kelimanya dianggap sebagai sebuah keajaiban, dan di era depresi-represi saat itu, lahirnya bayi kembar lima ini dianggap sebuah simbol harapan.

Sebuah hal yang sangat bagus didengar, pada awalnya, tapi itu tak berlangsung lama sebelum semuanya itu menjadi gelap.


Bayi-bayi itu (bernama Annette, Cecile, Emilie, Marie, dan Yvonne) menarik perhatian pemerintah ketika memasuki usia empat bulan. Setelah menyatakan bahwa orang tua tidak mampu untuk merawat, kelima bayi tersebut lantas dipindah ke sebuah rumah yang berada dekat dengan rumah sakit tempat mereka dilahirkan. Di tempat tersebut, mereka berada di bawah pengawasan 'sepasukan kecil' dokter dan perawat, yang terus menjalankan pemeriksaan ilmiah terhadap kelima bayi tersebut.

Dokter mencatat hal-hal seperti adanya kecenderungan bayi-bayi perempuan itu memiliki pasangan satu dengan lainnya, dan ada dua pasang bayi yang lahir di kantung ketuban yang sama hingga mereka memiliki kedekatan satu dengan lainnya. Untuk bayi kelima yang tak memiliki pasangan, dokter menduga ada bayi keenam yang telah mengalami keguguran. Para dokter itu pun mencatat kesamaan fisik dan perbedaan kepribadian di antara kelimanya, hingga seolah mereka ini menjadi daya tarik wisata utama.

Antara tahun 1934 hingga 1943, sudah ada sekitar tiga juta orang yang sengaja datang untuk melihat melalui jendela kaca ke tempat dimana kelima anak tersebut dibesarkan. Terkadang, anak-anak perempuan ini dibawa keluar, berpakaian sama, dan diperkenalkan kepada pengunjung. Meskipun orang tua mereka tinggal di seberang jalan, tapi mereka nyaris tak pernah pulang ke rumah. Ayah mereka, Oliva, berjualan kartu pos dan berbagai barang dagangan, dimana terdapat foto-doto dari kelima anak kembar tersebut yang berlisensi dari sebuah perusahaan yang memproduksi segala sesuatu, mulai dari oatmeal hingga sabun cuci piring. Serangkaian boneka pun dibuat berdasarkanm kemiripan mereka, dan surat penggemar terus meng-update pada dunia mengenai tumbuh-kembang anak-anak ini, sementara foto-foto mereka pun dicetak untuk disebar hingga ke seluruh dunia.

Keluarga dan warga kota pun mendapat keuntungan. Hingga saat itu, diperkirakan keberadaan kembar lima ini sudah memberikan keuntungan hingga sekitar $ 500 juta (Rp 6,5 miliar) dari para pengunjung yang sengaja berwisata menyaksikan fenomena ini.

Semua hal tersebut berlangsung hingga anak-anak ini berusia sekitar sembilan tahun, ketika akhirnya mereka dikembalikan pada orang tuanya. Kehidupan pun tak lagi berjalan baik. Beranjak dewasa, kelimanya mulai mendapat kepahitan dari orang tua mereka yang selalu mengatakan bahwa kehidupan lebih baik sebelum kelimanya lahir. Anak-anak tersebut pun akhirnya menulis buku tentang pengalaman dalam pertumbuhan mereka, dan untuk pertama kalinya pula mereka menyatakan bahwa telah mengalami kekerasan se**ual dari ayah mereka. Uang yang pernah dikumpulkan saat kelima anak tersebut 'dipamerkan' pun sebagian besar hilang saat hendak diserahkan pada kelimanya, dimana saat itu pun mereka begitu tertutup hingga tak lagi mengetahui perbedaan antara nikel dan seperempat.


Merasa tak nyaman dengan keadaan keluarga, kelimanya memutuskan untuk meninggalkan keluarga secepatnya. Emilie yang memutuskan untuk menjadi seorang biarawati, meninggal pada tahun 1954 setelah sebelumnya mengalami kejang. Marie meninggal di tahun 1970 akibat mengalami pembekuan darah. Yvonne meninggal di tahun 2001. Meskipun tiga dari kembar lima ini sempat menikah dan memiliki anak, tapi mereka masih tetap dihantui oleh proses pertumbuhan masa kecil mereka ketika harus tumbuh di balik dinding kaca dan menjadi pajangan untuk jutaan mata pengunjung.

foto: 1-2-3
sumber:

Selasa, 07 Juli 2015

monggo monggo Kisah Nyata Dibalik Film 'True Story' -lamasekaliperginya -lamasekaliperginya


Berdasarkan kasus nyata dari terdakwa pembunuhan dan seorang wartawan yang dipermalukan, 'True Story' mengungkap bahwa 'menyatakan kebenaran' bisa menjadi sebuah konsep licik. Lebih baik untuk tetap berpegang pada fakta-fakta.

Apakah kebenaran merupakan hal aneh dari fiksi? Mungkin itulah yang terjadi dalam kasus film 'True Story' yang baru saja dirilis April 2015 lalu, film yang diangkat dari kasus nyata Christian Longo, seorang yang dituduh telah membunuh istri serta ketiga orang anaknya, dan Michael Finkel, seorang wartawan yang telah dipermalukan karena identitasnya telah dipalsukan oleh Chistian Longo. Film yang disutradarai oleh Rupert Goold dan dibintangi oleh James Franco yang berperan sebagai Christian Longo dan Jonah Hill sebagai Finkel, dibuat berdasarkan pada buku yang disusun oleh Michael Finkel (berjudul True Story: Memoir, Mea Culpa) yang menceritakan mengenai kasus yang terjadi serta keterlibatan pribadi sang penulis dengan si pelaku utama. Meskipun pada awalnya Michel Finkel mengaku bahwa ia menulis buku ini untuk sekedar mengungkapkan fakta kebenaran dari apa yang telah terjadi, tapi kebenaran tentu dapat menjadi sebuah konsep yang licik. Jadi lebih baik untuk tetap berpegang pada fakta-fakta.
 
Pertama, Michael Finkel tidak terlalu berpegang pada akurasi dalam hal pelaporan berita. Meskipun ia telah berusaha agar sesuai dengan yang diharapkan oleh New York Times Magazine dengan mengubah konsep tulisan seperti di awal 30-an, wartawan ini ternyata tetap harus menanggung cerita yang ia tulis di tahun 2001 mengenai pekerja anak di Mali. Dalam laporan penyelidikan dari perbudakan yang terjadi di perkebunan kakao di negara Afrika Barat tersebut, Michael Finkel menemukan kenyataan yang jauh lebih kompleks. Editornya di Times Magazine akhirnya mengusulkan agar is lebih fokus pada perjalanan hidup seorang anak laki-laki di sebuah desa miskin yang dipekerjakan di perkebunan itu.Masalahnya, ternyata tak ada sumber tunggal yang bisa menjadi sumber laporan Michael dalam menceritakan kisah ini. Akhirnya, Michael memutuskan untuk melakukan wawancara dengan sejumlah buruh dengan subyek cerita tetap berpegang pada sebuah nama sebenarnya dari seorang anak yang telah ia sebutkan sebelumnya. Cerita itu pun akhirnya dipublikasikan hingga terlihat jelas ketidaksesuaian. Michael Finkel pun akhirnya mendapatkan kritik keras dari publik dan ... dipecat.


Saat sebuah pintu tertutup, ada jendela yang terbuka. Mungkin itulah yang terjadi saat di awal tahun 2002 lalu, Michael mendapat telepon dari rekannya sesama wartawan yang bertanya mengenai kausu yang saat itu masih asing bagi dirinya. Tepat sebelum Natal di tahun 2001, mayat dua anak ditemukan mengambang beberapa kaki dari tepian pantai, dimana pergelangan kaki mereka diikat pada sarung bantal yang telah diisi dengan bongkahan batu. Keduanya diidentifikasikan sebagai dua anak Christian Longo, dimana yang satu bernama Zachery, usia 4 tahun, dan Sadie, usia 3 tahun. Beberapa hari kemudian, istri Christian yang bernama Mary Jane dan putrinya yang masih berusia 2 tahun juga ditemukan di sebuah teluk yang berlokasi dekat tempat kejadian pertama. Keduanya diketahui telah dicekik sebelum dimasukan ke dalam koper lalu dibuang ke dalam air. Pencarian Christian Longo membawa FBI memasuki wilayah Cancun, Meksiko, dimana Christian saat itu memperkenalkan dirinya sebagai Michale Finkel, penulis untuk New York Times. Ia mengaku saat itu tengah tertarik untuk menulis tentang orang-orang yang tengah dipenjara.

Ternyata Christian Longo selama ini telah banyak membaca dan menggemari tulisan Michael Finkel di Times, National Geographic Adventure dan Sports Illustrated. Itulah sebabnya ia memilih mengaku sebagai Michael yang berprofesi sebagai wartawan. Ia pun setuju (sesuai saran pengacaranya) untuk memungkinkan Michale Finkel melakukan wawancara terhadap dirinya, hingga kemudian keduanya mulai melakukan panggilan telepon minguan, menulis surat dan melakukan pertemuan beberapa kali. Keduanya pun mulai saling mengnal pribadi masing-masing, meskipun jelas Michale tidak melakukan pembunuhan terhadap siapapun. Tapi dalam 'True Story' jelas diakuinya bahwa "Saya telah berbohong berkali-kali untuk meningkatkan kepercayaan diri saya, untuk memperoleh simpati, untuk membuat diriku tampak tak biasa."

Penyamaran yang dilakukan oleh Christian Longo jelas membuat Michael Finkel berada dalam posisi memalukan. Meskipun riwayat kehidupan Christian Longo saat sebelum terjadinya aksi pembunuhan tampak biasa, tapi kehidupan muda Christian Longo ternyata telah dihiasi dengan sejumlah catatan buruk mengenai pelanggaran, penipuan dan pencurian. Christian lalu memutuskan untuk menikah dengan seorang gadis bernama Mary Jane yang saat itu masih berusia 19 tahun dan berharap kehidupannya setelah menikah bisa mengalami kemajuan. Tapi apa yang didapat oleh Christian ternyata tak sesuai dengan harapannya. Bisnis yang dijalaninya harus terpuruk. Ketika ia tak lagi mendapat ijin mengemudi, ia membuat SIM palsu, lalu mendatangi sebuah dealer mobil di Ohio, melakukan test drive dan membawa kabur mobil tersebut. Ketika tak dapat membayar gaji karyawannya, ia memalsukan cek kliennya sebesar $ 17.000 lalu membuat kartu kredit dengan mengata-namakan ayahnya. Ia pun lalu ditangkap, kehilangan perusahaannya dan dikucilkan dari lingkungan. Dalam masa percobaan tahanan, Christian akhirnya membawa istri dan anak-anaknya pergi menuju Oregon, hingga akhirnya ia membunuh mereka seluruhnya.

Christian Longo tidak mau mengaku, bahkan sejak awal ia berdalih tidak bersalah, dia diam membisu terhadap semua dakwaan atas pembunuhan yang telah dilakukannya. Dan meskipun ia menceritakan kisah hidupnya kepada Michael Finkel, tapi ia tetap tak mau mempertanggungjawabkan perbuatannya atas pembunuhan yang telah terjadi. Kemudian ia mengaku bersalah atas pembunuhan istri dan anak bungsunya, tapi tak bersalah atas kematian dua anaknya yang lain. Pada persidangan di tahun 2003, ia menjelaskan bahwa telah mengetahui kebohongan yang dilakukan oleh istrinya, Mary Jane, yang telah melakukan tindak kriminal terhadap kedua anaknya, Zachery dan Sadie, dengan membunuh lalu membuang jasadnya. Ia juga mengetahui bahwa istrinya telah berusaha juga untuk membunuh Madison, anak bungsu mereka. Ketika Christian mengetahui dua anaknya telah tiada dan anak bungsunya terluka parah, ia memutuskan untuk mencekik Mary Jane sekaligus mengakhiri hidup anak bungsunya tersebut. Juri tampak tak bergeming, mereka tetap pada keputusan bahwa Christian bersalah dan menjatuhkan putusan hukuman mati terhadapnya.


Kisah ini memang tak berakhir disini. Buku yang ditulis Michael Finkel akhirnya terbit di tahun 2005. Pada tahun 2009, Christian Longo menghubungi penulis buku 'Oregon’s Death Row' dan mengatakan bahwa ia ingin menceritakan pengakuan yang sebenarnya. Dalam pengakuannya tersebut, Christian mengaku bahwa saat itu ia sudah tak mampu lagi berperan sebagai seorang suami dan ayah bagi keluarganya. Ia mengaku memang telah membunuh seluruh keluarganya, mencekik Mary Jane saat bercinta, dan menenggelamkan anak-anaknya. Dia mengatakan bahwa ia sekarang telah siap menjalani eksekusi dan ingin menyumbangkan organ tubuhnya.

Sayangnya, Michael Finkel menemukan fakta, eksekusi dengan cara suntikan mematikan yang akan dijalani oleh Christian dapat membuat organ tubuh yang akan disumbangkan menjadi tak lagi berfungsi. Mengetahui hal itu, Christian pun akhirnya membuat sebuah organisasi yang bernama GAVE (Gifts of Anatomical Value from the Executed) dengan tujuan mengubah metode eksekuis untuk memungkinkan pengambilan organ tubuh dari seseorang yang menjalani eksekusi mati. Dia pun bahkan menuli sepotong catatan kecil untuk New York Times mengenai niatnya untuk menyumbang organ tubuh. Kini, seperti halnya Michael Finkel, Christian pun bisa jujur mengatakan bahwa ia telah menulis untuk surat kabar New York Times.
 

sumber: Biography

Rabu, 01 Juli 2015

monggo monggo Pria Setengah Baya Terkejut mendapati Dirinya 'Haid' -lamasekaliperginya -lamasekaliperginya


Hingga saat ini banyak hal berkaitan dengan gender yang dilihat sebagai isu 'hitam-putih', meski pada kenyataannya masih banyak hal 'bias' mengenai hal ini. Seperti hal unik yang terjadi pada seorang pria asal Cina ini, dirinya terkejut sekaligus bingung saat dokter yang memeriksa penyakitnya justru malah menyatakan bahwa dia adalah wanita ...

Baru-baru ini, seorang pria asal Cina yang berusia 44 tahun mendatangi dokter setelah beberapa hari mengalami sakit di perutnya serta menemukan darah dalam cairan kencingnya. Khawatir mengenai sumber pendarahan, dokter kemudian memerintahkan untuk dilakukan pemeriksaan CT Scan pada diri pria tersebut. Hasilnya sangat mengejutkan, dokter ternyata menemukan organ reproduksi wanita yang lengkap dalam tubuh pria tersebut yang diyakini sedang dalam masa menstruasi.

Menurut sumber dari situs berita Cina, Zhejian Online, pria yang memiliki marga Chen tersebut tinggal di sebelah timur provinsi Zhejiang dan baru pertama kali merasakan sakit seperti yang dirasakannya saat itu. Dia dengan diantar istrinya yang telah dinikahinya selama 10 tahun pergi ke rumah sakit lokal di kota mereka, Yongkang, untuk mengetahui dari mana sakit itu berasal.

Dokter menjelaskan kepada media lokal bahwa Chen datang dengan berpakaian seperti layaknya lelaki normal, dengan potongan rambut pendek, dan diantar istrinya. Pihak rumah sakit pun memperlakukan Chen sebagaimana yang dilakukan terhadap pasien lelaki lainnya. Tetapi setelah melihat hasil CT Scan yang memperlihatkan bahwa terdapat organ reproduksi wanita yang lengkap dalam tubuh Chen, barulah dokter menyadari bahwa sesungguhnya Chen terlahir sebagai wanita. Dan setelah dilakukan pemeriksaan lebih detail, terungkap jelas bahwa Chen memang hanya memiliki sedikit rambut di bagian wajahnya, tak memiliki 'jakun'seperti pada umumnya kaum lelaki, serta alat kelamin yang cacat. Namun Chen mengatakan bahwa kehidupan s**s yang dijalani bersama istrinya berjalan normal, meskipun alat kelaminnya tak seperti umumnya lelaki normal.

Dokter akhirnya mendiagnosis Chen dengan hiperplasia adrenal kongenital, suatu kelainan genetik di mana kelenjar adrenal dapat menghasilkan lebih atau kurang dari hormon yang menentukan pengembangan alat kelamin dan karakteristik seks sekunder seperti rambut tubuh. Wanita yang mengalami gangguan ini akan memiliki semua organ reproduksi wanita, tetapi mungkin secara penampilan memiliki lebih banyak fitur maskulin seperti suara yang lebih dalam atau bahu yang lebih lebar.

Karena Chen telah hidup begitu lama tanpa sedikit pun mendapat pengobatan hormon yang tepat untuk mengatasi kelainan yang dideritanya, kelenjar adrenal akhirnya mengembangkan tumor dan harus segera dilakukan operasi untuk menghilangkannya. Beruntunglah, tumor tersebut ternyata jinak dan ia sudah dapat meninggalkan rumah sakit setelah mendapat perawatan selama dua minggu. Selama dalam perawatan rumah sakit, Chen pun menjalani tes genetik yang semakin menguatkan, setidaknya secara biologis, bahwa ia merupakan seorang wanita.

Kejadian ini ternyata bukanlah yang pertama kali terjadi. Tahun lalu, seorang pria yang telah berusia 66 tahun pergi ke seorang dokter dengan mengeluh sakit perut dan hasil tes menunjukkan bahwa sumber rasa sakit ternyata berasal dari kista ovarium. Pria dengan postur tubuh pendek, yang ternyata juga mengalami hiperplasia adrenal kongenital, menjalani hidupnya sebagai laki-laki dan memiliki rambut wajah dan suara berat. Dia juga memiliki Sindrom Turner, kondisi di mana seorang wanita lahir tanpa memiliki dua kromosom X.

Sayangnya dari situs media Cina yang melaporkan berita ini tidak menjelaskan secara rinci lebih lanjut apakah pria tersebut lalu memutuskan untuk mengubah identitas gender setelah akhirnya diketahui bahwa dirinya terlahir sebagai wanita. Tapi jika mengingat bahwa dia telah menjalani sebagian besar hidupnya dan terbiasa diidentifikasi sebagai laki-laki hingga saat itu, berita mengejutkan ini mungkin tidak mengubah apapun bagi diri atau keluarganya. Dan kasus ini harusnya lebih mengingatkan bahwa jika kebanyakan orang menganggap s**s harus dilakukan dengan lawan jenis, maka sebagian orang ternyata tak terlalu mempermasalahkan hal tersebut.