Minggu, 16 Agustus 2015

monggo monggo Kisah Tragis Wanita Transgender Pertama di Dunia -lamasekaliperginya -lamasekaliperginya


Pada tahun 1930-an, Lili Elbe merupakan wanita transgender pertama di dunia yang menjalani operasi pergantian kelamin. Ia lahir dengan nama Einar Mogens Wegener di tahun 1882, hingga akhirnya memutuskan untuk menjadi seorang wanita seutuhnya, bahkan sebelum istilah "transgender' ditemukan. Sayang, upaya operasi untuk mewujudkan impiannya tersebut berujung fatal.

Kisah hidup Lili Elbe memang terdengar aneh dan sangat menyedihkan. Lahir di Denmark dengan nama Einar Mogens Wegener, awalnya ia hidup sebagai seorang lelaki normal hingga usianya menginjak sekitar 30 tahun. Bahkan, Einar yang saat itu dikenal sebagai seorang seniman, sempat menikah dengan seorang seniman wanita lainnya bernama Gerda Gottlieb. Tapi dari semuanya itu cukuplah membuktikan bahwa sesungguhnya ia tidak nyaman dengan tubuh lelakinya, bahkan sejak dirinya masih kanak-kanak. Sosoknya yang terlihat lebih feminim, membuat ia seringkali menerima kritik saat melangkahkan kaki keluar rumah, karena orang-orang lebih menganggap dia merupakan seorang gadis yang tengah mengenakan pakaian pria.

Ketika hendak melangsungkan pernikahannya dengan Gerda, sebenarnya sudah terlihat bibit-bibit ketidak-harmonisan di antara keduanya. Pertama, mengenai sosoknya yang banyak disebut orang mirip wanita, dan kedua, Gerda ternyata memiliki ketertarikan pada sesama jenis. Tapi kabar mengenai semua hal itu berlalu seiring kepindahan mereka untuk selanjutnya menetap di Paris.

Meninggalkan negara asalnya, Einar mulai kerap menghilang hanya untuk sekedar bisa menyatu dalam kerumunan warga sebagai sosok yang saat itu belum banyak orang yang menyadarinya, sebagai wanita. Dan agar lebih leluasa untuk tampil sebagai Lili, sosok wanita yang selalu diimpikannya, Gerda yang notabene saat itu masih berstatus sebagai istrinya, diperkenalkan pada orang-orang sebagai adiknya. Gerda bahkan mulai melukis sosok misterius Einar, hingga menyebabkan kehebohan kembali seperti hal yang terjadi saat keduanya masih berada di Denmark. Kebenaran pun akhirnya harus terungkap.

Dengan kehebohan yang ada saat itu, secara tak terduga pemerintah Denmark justru malah memberikan kemudahan untuk melegalkan pergantian status gender Einar dari pria menjadi seorang wanita bernama Lili, dan membatalkan status pernikahannya dengan Gerda. Seluruh kemudahan yang diberikan oleh pemerintah Denmark itu pun terbuka setelah serangkaian operasi pergantian kelamin dilakukan di Jerman. Namun, dengan operasi transplantasi yang saat itu yang masih dalam tahap pengembangan, ditambah kurangnya antibiotik modern, tubuh Lili pun menolak rahim donor. Dengan hanya sedikit waktu yang bisa dinikmati Lili untuk hidup sebagai sosok wanita yang sesungguhnya, berbagai komplikasi yang timbul akhirnya merengut hidupnya. Kini hanya tersisa harapan, semoga hari-hari terakhir yang menyakitkan sebagai seorang wanita membuat Lili Elbe berbahagia.


Update: Kisah hidup Lili Elbe sebagai wanita transgender pertama di dunia yang menjalani operasi pergantian kelamin menginspirasi dibuatnya sebuah film berjudul 'The Danish Girl' yang akan rilis pada tanggal 27 November 2015.

sumber:
https://en.wikipedia.org/wiki/Lili_Elbe
http://www.legacyprojectchicago.org/Lili_Elbe.html
http://www.imdb.com/title/tt0810819/

Sabtu, 01 Agustus 2015

monggo monggo Kontes Kecantikan yang membutuhkan Sinar-X -lamasekaliperginya -lamasekaliperginya


Sepanjang tahun 1950-an hingga 1960-an, ada serangkaian kontes kecantikan populer yang tidak hanya menilai penampilan luar dan kepribadian wanita, tetapi juga tulang dan postur dalam tubuh. Sinar-X dari tubuh para kontestan dinilai bersama dengan postur keseluruhan tubuh mereka untuk menentukan siapa yang memiliki struktur tulang terbaik. Kontes ini merupakan gagasan dari industri chiropractic, dalam usahanya untuk meningkatkan citra publik.

Mereka yang berpikir bahwa standar kecantikan saat ini terlalu tinggi haruslah melihat kembali ke tahun antara 1950-an hingga 1960-an saat wanita harus membuktikan bahwa penampilan mereka benar-benar menakjubkan, baik dari sisi luar maupun dalam.
 
Semua ini terjadi dalam serangkaian kontes kecantikan yang mungkin sudah dilupakan orang saat ini, yang justru merupakan masalah besar bagi peserta kontes yang pernah berlangsung antara tahun 1956 hingga 1968. Kontes yang bertajuk "The Postur Queen" ini dikenal dengan penilaian yang bukan hanya sebatas kecantikan wanita semata, tapi juga kepribadian, ketenangan, dan tentu saja hasil Sinar-X yang dipergunakan untuk menentukan kontestan mana yang memiliki struktur tulang terbaik disamping penilaian fisik luar serta kecerdasan dari masing-masing kontestan. 
 

Mengapa struktur tulang menjadi hal yang cukup penting dalam kontes tersebut? Hal ini justru berkaitan erat dengan para tenaga medis di masa itu, terutama kala itu memang tak ada lisensi untuk seorang dokter ahli tulang. Seorang dokter saat itu masih lebih diklasifikasikan sebagai seorang dukun, hingga penyelenggara kontes berharap penilaian struktur tulang dari para kontestan bisa dijadikan sebuah penghormatan terhadap perjuangan para dokter. Itulah sebabnya asosiasi para dokter berharap penyelenggaraan kontes ini bisa lebih mendekatkan masyarakat dengan dunia kedokteran. Secara keseluruhan, ajang kontes lebih dipergunakan untuk menyebarkan pesan dari para tenaga medis, khusunya para dokter di kala itu bahwa struktur tulang pun menjadi salah satu faktor penting dalam menentukan kesempurnaan tubuh seseorang. Kesempatan pun diambil oleh perusahaan kasur, seperti perusahaan Posture Queen Mattress untuk ikut menjadi sponsor acara tersebut, termasuk dari sisi finansial, sekaligus menggembar-gemborkan produk mereka sebagai alat bantu dalam mendapatkan "tulang belakang yang sehat."

Uniknya, di masa itu justru orang justru tak peduli dengan struktur tulang yang dimiliki oleh wanita terdekatnya. Jadi bisa dibayangkan bahwa para wanita yang mengikuti kontes pun sebenarnya berharap Sinar-X itu tak perlu lagi dijadikan penilaian.

Beruntung (bukan hanya lebih kepada pertimbangan akibat dari radiasi), kontes itu berakhir di tahun 1960. Pada saat itu, para ahli tulang akhirnya mendapatkan lisensi mereka, hingga lebih berharap untuk fokus pada pekerjaan khusus mereka. Dan bagaimana pun juga, cita-cita yang tertanam dari kontes tersebut tentunya sejalan dan masih harus dilestarikan, karena sesuai dengan pesan leluhur yang berharap agar kita selalu berdiri tegak.